MEMICU KUALITAS KELAS RANGKAP
Muktiono Waspodo
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, melalui Tim PDM 08 Regulasi dan Tata kelola melakukan kajian terkait dengan pelaksanaan kegiatan kelas rangkap di kelas-kelas awal pendidikan dasar. Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk atasi tantangan pendidikan yang terus berkembang. Tantangan di Daerah Indonesia memiliki wilayah yang luas dengan keragaman geografis wilayah pegunungan, kepulauan dan juga daerah perbatasan. Di sisi lain tantangan yang masih perlu harus diatasi adalah penyebaran dan distribusi guru secara merata. Di banyak sekolah dasar dan madrasah berukuran kecil di Indonesia, mengelompokkan anak-anak dari beberapa jenjang kelas ke dalam satu kelas bisa menjadi salah satu cara agar pendidikan dapat tetap berjalan. Misalnya, menggabungkan kelas tiga dan empat dalam satu kelas. Ini yang disebut dengan model pembelajaran kelas rangkap, yaitu situasi ketika seorang guru harus mengajar lebih dari satu kelas di waktu dan tempat yang bersamaan.
Kondisi ini dapat ditemui di Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, misalnya bahwa jumlah murid yang sedikit umumnya menjadi hal yang melatarbelakangi pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap. Jumlah murid tersebut dipengaruhi oleh kondisi geografis dimana sekolah-sekolah berada pada lokasi yang sulit dicapai sehingga hanya menampung murid dari wilayah setempat. Selain itu, ada kecenderungan bagi masyarakat untuk memiliki anak dalam jumlah sedikit. Hal ini karena tuntutan biaya adat yang besar, serta kondisi ekonomi lemah. Inilah yang membuat jumlah murid di sekolah semakin berkurang. Kecukupan jumlah guru, serta kehadiran dan kemampuan guru untuk mencapai sekolah juga menjadi penentu dilaksanakannya pembelajaran kelas rangkap di beberapa sekolah.
Mencermati hasil kajian dari INOVASI tahun 2019, kondisi yang dapat dijumpai di Sumba Tengah, ditemukan guru di SD Narita yang menerapkan pembelajaran kelas rangkap karena keterbatasan ruang kelas. Bersarkan hasil monitoring, dalam prakteknya guru menggabungkan dua kelas yang berbeda (kelas 1 dan 2; kelas 4 dan 5) pada saat yang bersamaan dan dalam satu kelas pembelajaran dengan materi yang berbeda. Dalam hal ini, kemampuan guru dituntut untuk mampu mengelola kelas dengan baik dan menjadikan siswa aktif sehingga kondisi kelas tidak gaduh atau ada siswa yang tidak belajar karena guru mengajar bergantian kelas. Model pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru diubah menjadi pembelajaran berpusat pada anak. Namun, guru masih belum dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan cukup untuk mengajar dengan pola kelas rangkap. Oleh karena sejak awal pelasanakan pembelajaran kelas rangkap guru perlu terlebih dulu memiliki pengalaman melakukan pendekatan pembelajaran aktif, sebelum diperkenalkan dengan model pembelajaran kelas rangkap.
Pembelajaran kelas rangkap menawarkan tantangan, dan sebagai guru kelas rangkap memiliki hal-hal khusus untuk dipikirkan untuk memastikan siswa mendapatkan yang terbaik dari guru di kelas. Tantangan dan peluang yang dihadirkan (UNESCO, 2015) antara lain:
1. Mengambil keuntungan dari keragaman di dalam dan antara kelompok menangani satu kelas dengan siswa dari latar belakang keluarga yang beragam, tradisi, etnis, linguistik, dan keadaan sosial, keadaan ekonomi dan dengan tingkat kemampuan yang berbeda.
2. Mengelola waktu
Mengelola waktu pembelajaran secara efektif. Ini merupakan tantangan ketika menangani kebutuhan belajar yang berbeda dari kelompok dan siswa individu, tetapi mempersiapkan berbagai kegiatan yang membuat semua kelompok siswa terlibat dalam lingkungan kelas rangkap adalah kesempatan untuk mengembangkan praktik pembelajaran yang baru dan lebih efektif.
3. Melibatkan siswa dan menjaga mereka tetap fokus pada pembelajaran
Tanggung jawab guru kelas rangkap berlipat guru saat guru menciptakan ruang untuk setiap kelompok agar siswa tetap terlibat dalam satu atau lain aktivitas. Kegiatan tersebut harus bermakna dan cukup intens sehingga tidak ada yang mengalihkan perhatian siswa dari pekerjaan mereka ketika kelas yang berbeda duduk di ruangan yang sama dan melakukan kegiatan lain pada waktu yang sama. Guru juga perlu mengembangkan kegiatan dimana semua siswa dapat bekerja dan saling membantu. Di sinilah kemampuan guru untuk membuat siswa tetap fokus pada aktivitas yang mereka ikuti adalah penting.
Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal utama yaitu:
1. Kelas digabung secara terintegrasi yang terpusat pada siswa dari dua atau tiga kelas bekerja secara mandiri di ruangan yang sama atau di ruangan yang berbeda atau di sisi ruang kelas yang berlainan meskipun diajarkan mata pelajaran yang berbeda oleh satu guru. Sehingga seorang guru dalam pembelajaran kelas rangkap tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program yang berbeda.
2. Pembelajaran kelas rangkap mensyaratkan seorang guru mengajar dalam satu, dua atau tiga ruangan kelas dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda.
sumber; wwwblogbarabai.com
Terdapat banyak sekolah kelas rangkap berada di lokasi yang jauh secara geografis, guru mungkin merasa terisolasi sebagai guru kelas rangkap. Hal ini menyulitkan untuk tetap mengetahui praktik dan perkembangan terbaik di sekolah lain dan lebih luas lagi di tempat lain dalam sistem Pendidikan di sekolah. Tetapi konteks seperti itu membuatnya penting untuk menemukan cara-cara inovatif untuk memecahkan keterasingan ini. Kelompok sekolah serupa di wilayah geografis dapat membuat cluster untuk mengatur pertemuan rutin dan sering. Komunitas lokal dapat terlibat dalam menghasilkan dan berbagi sumber daya dan dukungan untuk sekolah, dan jaringan dan kemitraan dengan kelompok seperti organisasi berbasis masyarakat juga dapat menawarkan saran untuk meningkatkan pembelajaran di sekolah.
Bagian di bawah ini akan mengeksplorasi lebih jauh berbagai tantangan dan peluang yang disajikan oleh pembelajaran kelas rangkap (multigrade teaching) dengan fokus pada pengelolaan dan pembelajaran secara efektif di kelas kelas rangkap dan secara komprehensif menilai perkembangan dan pencapaian pribadi siswa.
Model pembelajaran kelas rangkap adalah ketika guru mengajar lebih dari satu tingkatan kelas pada saat yang sama di kelas yang sama. Model pendekatan seperti ini sangat penting, terutama di daerah-daerah terpencil dengan populasi penduduk yang sedikit, dan di sekolah-sekolah yang kekurangan guru atau ruang kelas. Model seperti ini juga berguna bagi guru yang ingin melakukan pembelajaran berdiferensiasi untuk siswa dengan kompetensi beragam.
Kondisi di Indonesia, banyak guru yang perlu mengajar siswa dari lebih dari satu tingkatan kelas dalam satu kelas dan di daerah sudah melakukannya. Pendekatan yang digunakan dengan pembelajaran kelas rangkap. Mengajar kelas rangkap memerlukan persiapan guru dengan baik agar terlaksana pembelajaran dengan baik pula.
Jika kita telusuri minat orang tua menyekolahkan anaknya pada pembelajaran kelas rangkap adalah pilihan terakhir daripada anak tidak bersekolah. Pembelajaran kelas rangkap yang dilaksanakan oleh satuan pendikan juga perlu didukung oleh peran KKG dalam memberikan bimbingan dan pelatihan; meningkatkan peran pengawas, guru dan kepala sekolah dalam mendukung kegiatan kelas rangkap; mempromosikan pembelajaran yang mengadopsi pendekatan kesetaraan gender dan pendidikan inklusif. Penting memastikan bahwa model pendekatan kelas rangkap juga didukung dengan kebijakan yang tepat. Ketika seorang guru mengajar lebih dari satu kelas pada saat yang sama, di kelas yang sama. Dari hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan menunjukan komitmen dan dukungan positif dari pemerintah provinsi dan kabupaten. Wujud nyata yang perlu menjadi perhatian lebih dengan menggali potensi lokal sehingga dapat menemukan pola pengajaran yang cocok bagi peserta didik untuk mengatasi tantangan pembelajaran di daerah. (MW, 070924).